Wednesday 31 October 2012

Palembang Kota Wisata Air

Dilihat dari sejarahnya, kota Palembang telah berusia lebih dari 1300 tahun dan termasuk kota tertua di Indonesia. Kata Palembang berasal dari kata “Pa” dan “Lembang”, kata “Pa” berarti tempat dan “Lembang” berarti tergenang air, “Palembang” dapat diartikan sebagai tempat yang selalu digenangi air. (Buku Panduan Wisata TOURIST BOOK`S GUIDE, Pemerintah Kota Palembang, Dinas Pariwisata dan Seni Budaya).
Palembang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Selatan yang merupakan suatu kawasan seluas 99.888 kilometer persegi di Indonesia bagian barat yang terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa pada 1-4 derajat lintang selatan dan 102-108 derajat bujur timur. Sumatera Selatan beriklim tropis yang hanya dipengaruhi dua musim sepanjang tahun, yakni musim hujan dan musim panas, dengan suhu udara bervariasi 24 sampai 32 derajat Celcius dan tingkat kelambaban antara 73 sampai 84 persen. Musim Hujan relatif jatuh pada bulan Oktober sampai April dengan curah hujan berkisar 2,100 mm sampai 3,264 mm sampai 3,264 mm. musim panas atau kemarau biasanya dimulai bulan Juni sampai September setelah masa transisi bulan Mei.
Mayoritas penduduk memeluk agama Islam yang berpengaruh pula terhadap adat istiadat, budaya dan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil sensus tahun 2007 Sumatera Selatan berpenduduk sebanyak 6.718.791 jiwa dengan kepadatan rata-rata 58,78 jiwa/km persegi. Penduduk asli terdiri dari beberapa suku yang masing-masing mempunyai bahasa dan dialek sendiri. Namun dalam komunikasi sehari-hari mempergunakan bahasa Indonesia atau bahasa lokal.
Sumatera Selatan dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya karena wilayah ini pada abad VII hingga XII Masehi merupakan pusat kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Indonesia. Disamping itu, Sumatera Selatan sering pula disebut sebagai Daerah Batang Hari Sembilan, karena dikawasan ini terdapat 9 sungai besar yang dapat dilayari sampai jauh ke hulu, yaitu Sungai Musi, Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sungai Rawas, Sungai Batanghari Leko dan Sungai Lalan serta puluhan lagi cabang-cabangnya. Sungai Musi bagi warga Palembang merupakan salah satu land-mark. Keindahan dan objek yang tersedia alami dan membawa pengunjungnya ke wisata nature, kembali ke alam.
Dari data yang diperoleh, julukan Palembang dengan “Sungai Musi, Venesia dari Timur” pun sudah tak asing lagi. Keindahan Sungai Musi juga dijadikan inspirasi lagu berjudul “Sebiduk di Sungai Musi”. Lagu ini menggambarkan pesona sungai yang membelah Kota Palembang, Sumatera Selatan, atau bacalah kembali novel Dian Tak Kunjung Padam karya Sutan Takdir Alisyahbana, di sana ada juga kisah tentang keelokan sungai ini. Sungai dengan panjang 460 kilometer dan lebar rata-rata 300 meter itu, memang menjanjikan nuansa tersendiri. Palembang memiliki keunikan tersendiri, yang boleh dibilang tidak dipunyai kota lainnya di Tanah Air.

Potensi  Wisata Air di Sungai Musi
Saat ini, objek wisata sungai sebagai wisata bisnis (business tourism), sebagai sarana bagi para pengusaha untuk melakukan negosiasi, mulai kelihatan. Ke depan, Sungai Musi akan lebih dikembangkan menjadi tempat wisata alam (eco tourism) dan wisata olahraga (sport tourism). Berdasarkan data yang diberikan pihak DIPARDA, secara umum, potensi wisata yang dimiliki Sumatera Selatan terbagi atas enam macam, yaitu, wilayah ekowisata yang meliputi potensi wisata dengan ekosistemnya seperti Taman Nasional Sembilang, Gunung Dempo dan Danau Ranau. Selanjutnya, agrowisata seperti perkebunan, kehutanan dan peternakan. Wisata perairan, misalnya potensi Sungai Musi, kelautan dengan wisata mancing dan perikanan. Khusus wisata spiritual adalah dengan memanfaatkan potensi yang berkaitan dengan peninggalan bersejarah agama Islam, Budha, Hindu, Kristen, bahkan Konghucu seperti Bukit Siguntang, Masjid Agung, Kelenteng, Gereja Tua di Kawasan Pagaralam, serta Kampung Kapitan di Seberang Ulu. Wisata olahraga juga digalakkan, terutama berkaitan dengan eks sarana PON XVI lalu. Sedangkan wisata kultural, itu berkaitan dengan sejarah dan budaya, seperti peninggalan candi di Pagaralam atau Benteng Kuto Besak (BKB).
Semua usaha "menjual" wisata air itu nantinya akan mencapai puncaknya dengan program "Visit Musi 2008". Menurut Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Selatan, Rachman Zeth, program itu tidak semata-mata sebagai program wisata sungai saja, namun lebih dari itu, mendorong Palembang agar ramai dikunjungi wisatawan. Oleh karena itu, katanya, selama satu tahun, dari Januari hingga Desember 2008, kegiatan di perairan Sungai Musi akan penuh berbagai atraksi menarik dan sangat padat, mulai dari kegiatan lokal, nasional, maupun international. Beberapa pesiapan sudah dilakukan Dinas Pariwisata Sumsel untuk menggaungkan Visit Musi 2008 itu. Bentuk sosialisasi pun sudah dilaksanakan dengan membuat berbagai sarana promosi mulai dari majalah hingga ke lifplet.


Daya Tarik Wisata Air di Sungai Musi
Jika potret keindahan Sungai Musi pada tahun 1960-an digambarkan Alfian, lewat lagunya "Sebiduk di Sungai Musi", kini kita dapat menikmati daya tarik wisata air di Sungai Musi dengan berbagai cara. Pertama, jalur darat atau kedua, langsung “mencebur” ke Sungai Musi menggunakan perahu ketek atau kapal pesiar.
Melalui pengamatan yang dilakukan, bila melalui jalur darat bisa lewat jembatan Ampera. Jembatan Ampera yang dibangun dengan biaya pampasan perang Jepang yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964 dan merupakan simbol utama kota Palembang. Dari atas jembata Ampera, rumah rakit, dan aktivitas keseharian warga Palembang di Sungai Musi bisa dinikmati dengan gratis. Akan lebih eksotik kalau malam hari. Sungai Musi yang bertabur lampu dari rumah rakit yang berjajar di sepanjang tepi sungai yang tak berpantai, memberikan ketenangan tersendiri. Begitu pun terangnya lampu di Jembatan Ampera. Orang-orang memancing ikan juaro dari Jembatan Ampera juga menjadi pemandangan tersendiri. Atau, kita pun bisa ikut memancing dari jembatan itu. Hingga pukul 23.00 WIB, suasana malam hari di Jembatan Ampera masih bisa dinikmati. Bisa pula kita menikmati keindahan Jembatan Ampera dari kawasan Benteng Kuto Besak (BKB). Kawasan ini berupa lapangan terbuka dengan dermaga bagi kapal maupun perahu. Kalau siang hari, bisa dijadikan tempat menikmati suasana lalu lintas dan kesibukan warga Palembang di atas air sungai Musi dan malam hari, biasanya menjadi tempat berkumpulnya para muda-mudi kota Palembang.
Restoran Terapung, Kalau perut sudah lapar, kita juga bisa menikmati deburan ombak Sungai Musi dari atas warung makan, namanya “Warung Legenda”. Kalau dulu berada di seberang ulu dekat eks terminal 7 Hulu, kini sudah dialihkan ke sebelah hilir (di bawah Jembatan Ampera dekat dermaga), dengan menu masakan khas Palembang, seperti pindang patin, berengkes ikan, atau udang bakar. Setidaknya ada lima warung yang terapung di Sungai Musi.
Usai mengisi perut, di seputar Ampera ada empat objek wisata yang bisa dikunjungi, yakni Benteng Kuto Besak yang dulu jadi benteng pertahanan Kesultanan Palembang Darusalam yang menurut cerita dibangun menggunakan putih telur. Dan kini di dalamnya ada Rumah Sakit AK Gani, seorang pahlawan Palembang yang dinobatkan menjadi pahlawan nasional. Ada pula museum peninggalan Kesultanan Palembang Darusalam, yang dulunya Istana Sultan Mahmud Badaruddin (SMB). Dan di belakangnya, ada Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera). Bagi umat Muslim, objek wisata religius juga tersedia, yakni Masjid Agung yang dibangun zaman Kesultanan Palembang Darusalam.
Jalur  kedua adalah lewat Sungai Musi yang membelah kota Palembang menjadi dua bagian, yaitu bagian hulu dan hilir dengan perahu ketek, perahu yang dilengkapi mesin. Suaranya memang ketek-ketek sehingga disebut perahu ketek. Bisa juga dengan menumpang kapal wisata. Ada dua kapal wisata berukuran besar, yakni Sigentar Alam dan Putri Kembang Dadar. Selain itu, masih ada perahu jukung yang cukup besar. Objek yang dilintasi biasanya memakan waktu sekitar dua jam di atas Musi. Dengan melihat objek-objek dari atas kapal, seperti Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), di sepanjang perjalanan terlihat rumah-rumah rakit dan pabrik-parik karet. Lalu memutar dan menuju ke arah Pulau Kemaro. Di pulau ini terdapat Kelenteng Hok Ceng Bio yang selalu ramai saat peringatan Cap Go Meh, puncak perayaan Tahun Baru Imlek. Selain rumah rakit, akan ada perumahan kapitan, tempat permukiman pecinan (orang  Palembang asli) yang kini sedang direnovasi.
Tak jauh dari Jembatan Ampera ada kawasan PT Pusri dan PT Pertamina, serta Pelabuhan Boom Baru yang cukup memesona untuk dilintasi. Dari beberapa daftar tempat penting di pinggiran sungai tercatat daerah Bagus Kuning, Masjid Lawang Kidul, Masjid Ki Merogan, Benteng Kuto Besak termasuk restoran "Warung Legenda" yang terapung di pinggiran seberang Ulu. Nuansa Musi sesungguhnya barulah sebagian objek wisata yang bisa dikunjungi di Sumatera Selatan, karena masih ada rangkaian objek lainnya.
Acara wisata yang paling meriah di kota Palembang adalah lomba Bidar, yaitu balapan perahu yang diadakan di Sungai Musi setiap tanggal 17 Agustus. Sebuah perahu Bidar panjangnya bisa mencapai 25 meter yang dapat memuat  ±60 orang pendayung.
Wisata belanja dapat dinikmati di kawasan pasar tradisional disekitar sungai Musi yang masih mempertahankan arsitektur Belanda tempo dulu dan kawasan pasar 16 Ilir yang rapi dengan konsep mal terpadu, yang menghadap sungai Musi. Untuk menginap, hotel berbintang dan melati juga tidak menjadi masalah.

No comments:

Post a Comment

Diharapkan komentar berupa kritik dan saran yang membangun, agar menjadi perbaikan. Terima kasih.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...