Dilihat dari sejarahnya, kota Palembang telah berusia
lebih dari 1300 tahun dan termasuk kota tertua di Indonesia. Kata Palembang
berasal dari kata “Pa” dan “Lembang”, kata “Pa” berarti tempat dan “Lembang”
berarti tergenang air, “Palembang” dapat diartikan sebagai tempat yang selalu
digenangi air. (Buku Panduan Wisata TOURIST BOOK`S GUIDE, Pemerintah
Kota Palembang, Dinas Pariwisata dan Seni Budaya).
Palembang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Selatan
yang merupakan suatu kawasan seluas 99.888 kilometer persegi di Indonesia
bagian barat yang terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa pada 1-4
derajat lintang selatan dan 102-108 derajat bujur timur. Sumatera Selatan
beriklim tropis yang hanya dipengaruhi dua musim sepanjang tahun, yakni musim
hujan dan musim panas, dengan suhu udara bervariasi 24 sampai 32 derajat
Celcius dan tingkat kelambaban antara 73 sampai 84 persen. Musim Hujan relatif
jatuh pada bulan Oktober sampai April dengan curah hujan berkisar 2,100 mm
sampai 3,264 mm sampai 3,264 mm.
musim panas atau kemarau biasanya dimulai bulan Juni sampai September setelah
masa transisi bulan Mei.
Mayoritas penduduk memeluk agama Islam yang berpengaruh
pula terhadap adat istiadat, budaya dan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
hasil sensus tahun 2007 Sumatera Selatan berpenduduk sebanyak 6.718.791 jiwa
dengan kepadatan rata-rata 58,78 jiwa/km persegi. Penduduk asli terdiri dari
beberapa suku yang masing-masing mempunyai bahasa dan dialek sendiri. Namun
dalam komunikasi sehari-hari mempergunakan bahasa Indonesia atau bahasa lokal.
Sumatera
Selatan dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya karena wilayah ini pada abad
VII hingga XII
Masehi merupakan pusat kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Indonesia.
Disamping itu, Sumatera Selatan sering pula disebut sebagai Daerah Batang Hari
Sembilan, karena dikawasan ini terdapat 9 sungai besar yang dapat dilayari
sampai jauh ke hulu, yaitu Sungai Musi, Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai
Lematang, Sungai Kelingi, Sungai Rawas, Sungai Batanghari Leko dan Sungai Lalan
serta puluhan lagi cabang-cabangnya. Sungai Musi bagi warga Palembang merupakan
salah satu land-mark. Keindahan dan objek yang tersedia alami dan membawa
pengunjungnya ke wisata nature, kembali ke alam.
Dari
data yang diperoleh, julukan Palembang dengan “Sungai Musi, Venesia dari Timur”
pun sudah tak asing lagi. Keindahan Sungai Musi juga dijadikan inspirasi lagu
berjudul “Sebiduk di Sungai Musi”. Lagu ini menggambarkan pesona sungai yang
membelah Kota Palembang, Sumatera Selatan, atau bacalah kembali novel Dian Tak
Kunjung Padam karya Sutan Takdir Alisyahbana, di sana ada juga kisah tentang
keelokan sungai ini. Sungai dengan panjang 460 kilometer dan lebar rata-rata
300 meter itu, memang menjanjikan nuansa tersendiri. Palembang
memiliki keunikan tersendiri, yang boleh dibilang tidak dipunyai kota lainnya
di Tanah Air.
Potensi Wisata Air di Sungai Musi
Saat ini, objek wisata sungai sebagai wisata bisnis (business
tourism), sebagai sarana bagi para pengusaha untuk melakukan negosiasi,
mulai kelihatan. Ke depan, Sungai Musi akan lebih dikembangkan menjadi tempat
wisata alam (eco tourism) dan wisata olahraga (sport tourism).
Berdasarkan data yang diberikan pihak DIPARDA, secara umum, potensi wisata yang
dimiliki Sumatera Selatan terbagi atas enam macam, yaitu, wilayah ekowisata
yang meliputi potensi wisata dengan ekosistemnya seperti Taman Nasional
Sembilang, Gunung Dempo dan Danau Ranau. Selanjutnya, agrowisata seperti
perkebunan, kehutanan dan peternakan. Wisata perairan, misalnya potensi Sungai
Musi, kelautan dengan wisata mancing dan perikanan. Khusus wisata spiritual
adalah dengan memanfaatkan potensi yang berkaitan dengan peninggalan bersejarah
agama Islam, Budha, Hindu, Kristen, bahkan Konghucu seperti Bukit Siguntang,
Masjid Agung, Kelenteng, Gereja Tua di Kawasan Pagaralam, serta Kampung Kapitan
di Seberang Ulu. Wisata olahraga juga digalakkan, terutama berkaitan dengan eks
sarana PON XVI lalu. Sedangkan wisata kultural, itu berkaitan dengan sejarah
dan budaya, seperti peninggalan candi di Pagaralam atau Benteng Kuto Besak
(BKB).
Semua usaha
"menjual" wisata air itu nantinya akan mencapai puncaknya dengan
program "Visit Musi 2008". Menurut Kepala Dinas Pariwisata Sumatera
Selatan, Rachman Zeth, program itu tidak semata-mata sebagai program wisata sungai
saja, namun lebih dari itu, mendorong Palembang agar ramai dikunjungi
wisatawan. Oleh karena itu, katanya, selama satu tahun, dari Januari hingga
Desember 2008, kegiatan di perairan Sungai Musi akan penuh berbagai atraksi
menarik dan sangat padat, mulai dari kegiatan lokal, nasional, maupun
international. Beberapa pesiapan sudah dilakukan Dinas Pariwisata Sumsel untuk
menggaungkan Visit Musi 2008 itu. Bentuk sosialisasi pun sudah dilaksanakan
dengan membuat berbagai sarana promosi mulai dari majalah hingga ke lifplet.
Daya Tarik Wisata Air di
Sungai Musi
Jika potret keindahan Sungai Musi pada tahun 1960-an
digambarkan Alfian, lewat lagunya "Sebiduk di Sungai Musi", kini kita
dapat menikmati daya tarik wisata air di Sungai Musi dengan berbagai cara. Pertama,
jalur darat atau kedua, langsung “mencebur” ke Sungai Musi menggunakan perahu
ketek atau kapal pesiar.
Melalui pengamatan yang dilakukan, bila melalui jalur
darat bisa lewat jembatan Ampera. Jembatan Ampera yang dibangun dengan biaya
pampasan perang Jepang yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964
dan merupakan simbol
utama kota Palembang. Dari atas jembata Ampera, rumah rakit, dan aktivitas
keseharian warga Palembang di Sungai Musi bisa dinikmati dengan gratis. Akan
lebih eksotik kalau malam hari. Sungai Musi yang bertabur lampu dari rumah
rakit yang berjajar di sepanjang tepi sungai yang tak berpantai, memberikan
ketenangan tersendiri. Begitu pun terangnya lampu di Jembatan Ampera.
Orang-orang memancing ikan juaro dari Jembatan Ampera juga menjadi pemandangan
tersendiri. Atau, kita pun bisa ikut memancing dari jembatan itu. Hingga pukul
23.00 WIB, suasana malam hari di Jembatan Ampera masih bisa dinikmati. Bisa
pula kita menikmati keindahan Jembatan Ampera dari kawasan Benteng Kuto Besak
(BKB). Kawasan ini berupa lapangan terbuka dengan dermaga bagi kapal maupun
perahu. Kalau siang hari, bisa dijadikan tempat menikmati suasana lalu lintas
dan kesibukan warga Palembang di atas air sungai Musi dan malam hari, biasanya
menjadi tempat berkumpulnya para muda-mudi kota Palembang.
Restoran Terapung, Kalau perut sudah lapar, kita juga
bisa menikmati deburan ombak Sungai Musi dari atas warung makan, namanya
“Warung Legenda”. Kalau dulu berada di seberang ulu dekat eks terminal 7 Hulu,
kini sudah dialihkan ke sebelah hilir (di bawah Jembatan Ampera dekat dermaga),
dengan menu masakan khas Palembang, seperti pindang patin, berengkes ikan, atau
udang bakar. Setidaknya ada lima warung yang terapung di Sungai Musi.
Usai mengisi perut,
di seputar Ampera ada empat objek wisata yang bisa dikunjungi, yakni Benteng
Kuto Besak yang dulu jadi benteng pertahanan Kesultanan Palembang Darusalam
yang menurut cerita dibangun menggunakan putih telur. Dan kini di dalamnya ada
Rumah Sakit AK Gani, seorang pahlawan Palembang yang dinobatkan menjadi
pahlawan nasional. Ada pula museum peninggalan Kesultanan Palembang Darusalam,
yang dulunya Istana Sultan Mahmud Badaruddin (SMB). Dan di belakangnya, ada
Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera). Bagi umat Muslim, objek wisata religius
juga tersedia, yakni Masjid Agung yang dibangun zaman Kesultanan Palembang
Darusalam.
Jalur kedua adalah lewat Sungai Musi yang membelah
kota Palembang menjadi dua bagian, yaitu bagian hulu dan hilir dengan perahu
ketek, perahu yang dilengkapi mesin. Suaranya memang ketek-ketek sehingga
disebut perahu ketek. Bisa juga dengan menumpang kapal wisata. Ada dua kapal
wisata berukuran besar, yakni Sigentar Alam dan Putri Kembang Dadar. Selain
itu, masih ada perahu jukung yang cukup besar. Objek yang dilintasi biasanya
memakan waktu sekitar dua jam di atas Musi. Dengan melihat objek-objek dari
atas kapal, seperti Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), di sepanjang
perjalanan terlihat rumah-rumah rakit dan pabrik-parik karet. Lalu memutar dan
menuju ke arah Pulau Kemaro. Di pulau ini terdapat Kelenteng Hok Ceng Bio yang
selalu ramai saat peringatan Cap Go Meh, puncak perayaan Tahun Baru Imlek. Selain rumah rakit,
akan ada perumahan kapitan, tempat permukiman pecinan (orang Palembang asli) yang kini sedang direnovasi.
Tak jauh dari Jembatan Ampera ada kawasan PT Pusri dan PT
Pertamina, serta Pelabuhan Boom Baru yang cukup memesona untuk dilintasi. Dari
beberapa daftar tempat penting di pinggiran sungai tercatat daerah Bagus
Kuning, Masjid Lawang Kidul, Masjid Ki Merogan, Benteng Kuto Besak termasuk
restoran "Warung Legenda" yang terapung di pinggiran seberang Ulu.
Nuansa Musi sesungguhnya barulah sebagian objek wisata yang bisa dikunjungi di
Sumatera Selatan, karena masih ada rangkaian objek lainnya.
Acara wisata yang paling meriah di kota Palembang adalah
lomba Bidar, yaitu balapan perahu yang diadakan di Sungai Musi setiap tanggal
17 Agustus. Sebuah perahu Bidar panjangnya bisa mencapai 25 meter yang dapat
memuat ±60 orang pendayung.
Wisata belanja dapat
dinikmati di kawasan pasar tradisional disekitar sungai Musi yang masih
mempertahankan arsitektur Belanda tempo dulu dan kawasan pasar 16 Ilir yang
rapi dengan konsep mal terpadu, yang menghadap sungai Musi. Untuk menginap, hotel berbintang dan melati juga tidak menjadi
masalah.
No comments:
Post a Comment
Diharapkan komentar berupa kritik dan saran yang membangun, agar menjadi perbaikan. Terima kasih.